Sabtu, 26 Januari 2013

ointment ( salep )



OINTMENT ( SALEP )
       
      1.   Definisi
Ointment (Unguentum) adalah  sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogeny dalam dasar salep yang cocok (Farmakope Indonesia edisi III).
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada kulit atau selaput lender (Farmakope Indonesia edisi IV).

       2.      Karakteristik Salep
a) Stabil, selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
b)   Lunak, yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
c)    Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan dihilangkan dari kulit.
d)     Dasar salep yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya.
e)    Terdistribusi secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau cair pada pengobatan. (Ilmu Resep Teori, hal 42)
Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.    Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
2.    Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
3.    Tidak merangsang kulit.
4.    Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
5.    Stabil dalam penyimpanan.
6.    Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
7.    Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
8.    Mudah dicuci dengan air.
9.    Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
10. Mudah diformulasikan/diracik
11.Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
12.Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
13.Tidak merangsang kulit.
14. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
15.Stabil dalam penyimpanan.
16. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
17.Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
18. Mudah dicuci dengan air.
19. Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin.
20.Mudah diformulasikan/diracik.

        3.      Kelebihan Salep
-          Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
-          Sebagai bahan pelumas pada kulit.
-          Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair dan rangsang kulit.
-          Sebagai obat luar

        4.      Kekurangan Salep
-          Kekurangan basis hidrokarbon 
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci dan sulit di bersihkan dari permukaan kulit.
-          Kekurangan  basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan bahan bahan  kurang stabil dengan adanya air .
-          Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .
                                                                             
       5.      Cara Absorpsi Salep
Absorpsi Perkutan
Absorpsi Perkutan adalah absorpsi bahan dari luar kulit ke posisi di bawah kulit tercakup masuk ke dalam aliran darah. Pada umumnya absorpsi perkutan dari bahan obat ada pada preparat dermatologi seperti cairan, gel, salep, krim atau pasta tidak hanya bergantung pada sifat kimia dan fisika dari bahan obat saja, tapi juga pada sifat apabila dimasukkan ke dalam pembawa farmaseutika dan pada kondisi dari kulit. Apabila kulit utuh, maka cara utama untuk penetrasi obat umumnya melalui lapisan epidermis, lebih baik daripada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat, karena luas permukaan yang terakhir ini lebih kecil dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak mengandung elemen anatomi ini.
Absorpsi perkutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi langsung obat melalui stratum corneum, stratum corneum sebagai jaringan keratin akan berlaku sebagai membrane buatan yang semi permeable, dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif. Jadi, jumlah obat yang pindah menyebrangi lapisan kulit tergantung pada konsentrasi obat, kelarutannya dalam air dan koefisien partisi minyak atau airnya. Bahan-bahan yang mempunyai sifat larut dalam keduanya, minyak dan air, merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui stratum corneum seperti juga melalui epidermis dan lapisan-lapisan kulit.
Walaupun kulit telah dibagi secara histology ke dalam stratum corneum, epidermis yang hidup dan dermis secara bersama-sama dapat dianggap sebagai lapisan penghalang. Penetrasi lapisan ini dapat terjadi dengan cara difusi melalui:
1.     Penetrasi transelular (menyebrangi sel)
2.     Penetrasi interselular (antar sel)
3.      Penetrasi transappendageal (melalui folikel rambut, keringat, kelenjar lemak dan perlengkapan pilo sebaceous)
Factor yang mempengaruhi absorpsi oleh kulit factor utamanya ialah:
1.      Penetrasinya dan cara pemakaiannya
2.      Temperature dari kulit
3.      Sifat-sifat dari obatnya
4.      Pengaruh dari sifat dasar salep
5.      Lama pemakaian
6.      Kondisi atau keadaan kulit
Dasar-dasar absorpsi perkutan belum sepenuhnya dapat dipahami. Dari segi factor fisiologi, yang mempengaruhi kecepatan atau besarnya absorpsi perkutan ialah keadaan kulit, luas daerah pemakaian, dan banyaknya pemakaian. Pada kulit yang sakit atau lecet, sering terjadi kenaikan kecepatan dan besarnya absorpsi kecil. Bila sawar kulit rusak pengaruh dasar salep pada absorpsi kecil. Pada daerah kulit yang tebal seperti telapak kaki dan telapak tangan penetrasi berjalan lambat dan penetrasi berjalan cepat pada daerah yang lapisan kreatinnya tipis misalnya pada muka dan pelupuk mata.


      6.      Basis Salep
Berdasarkan Farmakope III, dasar salep dinyatakan sebagai bahan dasar yang biasa menggunakan Vaselin putih. Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar berikut :
-          Dasar salep senyawa hidrokarbon vaselin putih, vaesilin kuning atau campurannya dengan malam putih, dengan malam kuning atau dengan senyawa hidrokarbon lain yang cocok.
-          Dasar salep serap lemak bulu domba : campuran 3 bagian kolesterol, 3 bagian stearil alcohol, 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih; campuran 30 bagian malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
-          Dasar salep yang dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dalam air.
-          Dasar salep yang dapat larut dalam air : Polietilenglikola atau campurannya.

Basis salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok :
1.         Basis hidrokarbon,
2.         Basis absorpsi (basis serap),
3.         Basis yang dapat dicuci dengan air, dan
4.         Basis larut dalam air.
Basis salep yang lain seperti basis lemak dan minyak lemak serta basis silikon. Setiap salep obat          menggunakan salah satu basis salep tersebut.
1)      Basis hidrokarbon
Basis hidrokarbon bersifat inert, umumnya merupakan senyawa turunan minyak bumi (Petrolatum) yang memiliki bentuk fisik semisolid dan dapat juga dimodifikasi dengan wax atau senyawa turunan minyak bumi yang cair (Liquid Petrolatum). Basis ini digolongkan sebagai basis berminyak bersama dengan basis salep yang terbuat dari minyak nabati atau hewani. Sifat minyak yang dominan pada basis hidrokarbon menyebabkan basis ini sulit tercuci oleh air dan tidak terabsorbsi oleh kulit. Sifat minyak yang hampir anhidrat juga menguntungkan karena memberikan kestabilan optimum pada beberapa zat aktif seperti antibiotik.
Basis ini juga hanya menyerap atau mengabsorbsi sedikit air dari formulasi serta menghambat hilangnya kandungan air dari sel-sel kulit dengan membentuk lapisan film yang waterproff. Basis ini juga mampu meningkatkan hidrasi pada kulit. Sifat-sifat tersebut sangat menguntungkan karena mampu mempertahankan kelembaban kulit sehingga basis ini juga memiliki sifat moisturizer dan emollient. Selain mempertahankan kadar air, basis ini juga mampu meningkatkan hidrasi pada kulit (horny layer) dan hal ini dapat meningkatkan absorbsi dari zat aktif secara perkutan. Hal ini terbukti dengan mengukur peningkatan efek vasokonstriksi pada pemberian steroid secara topikal dengan basis ini.
Kandungan Basis Hidrokarbon :
a.       Soft Paraffin
Basis diperoleh melalui pemurnian hidrokarbon semisolid dari minyak bumi.
Jenis soft paraffin yaitu :
-       Berwarna kuning digunakan untuk zat aktif yang berwarna
-       Berwarna putih (melalui proses pemutihan) digunakan untuk zat aktif yang tidak berwarna, berwarna putih, atau berwarna pucat.
Proses pemutihan menyebabkan sebagian pasien sensitif terhadap soft paraffin yang berwarna putih.

b.      Hard Paraffin
Merupakan campuran bahan-bahan hidrokar-bon solid yang diperoleh dari minyak bumi.
Sifat fisik :
-  tidak berwarna s/d berwarna putih,
-  tidak berbau,
-  memiliki tekstur berminyak seperti wax, dan
-  memiliki struktur kristalin.
Hard paraffin biasanya digunakan untuk memadatkan basis salep.

c.       Liquid Paraffin
Merupakan campuran hidrokarbon cair dari minyak bumi. Umumnya transparan dan tidak berbau dan mudah mengalami oksidasi sehingga dalam penyimpanannya ditambahkan antioksidan seperti Butil hidroksi toluene (BHT).
Digunakan untuk menghaluskan basis salep dan mengurangi viskositas sediaan krim. Jika dicampur dengan 5% low density polietilen, lalu dipanaskan dan dilakukan pendinginan secara cepat, akan menghasilkan massa gel yang mampu mempertahankan konsistensinya dalam rentang suhu yang cukup luas (-150C hingga 60oC). Stabil pada perubahan suhu, kompatibel terhadap banyak zat aktif, mudah digunakan, mudah disebar, melekat pada kulit, tidak terasa berminyak dan mudah dibersihkan.

d.      Petrolatum atau vaselin
Petrolatum, USP adalah campuran dari hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak bumi. Petrolatum suatu massa yang kelihatannya bagus, bermacam-macam warnanya dari kekuning-kuningan sampai kuning gading yang muda. Melebur pada temperatur antara 380C dan 600C, dapat digunakan secara tunggal atau dalam campuran dengan zat lain sebagai dasar salep.

e.       Minyak mineral
Minyak mineral adalah campuaran dari hidrokarbon cair yang dihasilkan dari minyak bumi. Berguna untuk menggerus bahan yang tidak larut pada preparat salep dengan dasar berlemak.

f.       Silikon
Termasuk basis berminyak, bila dipegang rasanya seperti minyak, tak campur dengan air, cairan jernih, tidak berasa dan tidak berbau. Stabil pada oksidasi dan (tahan aksidasi), dan stabil pada temperatur tinggi.

g.      Minyak tumbuh-tumbuhan
Contohnya Ol. Sesami dan Ol. Olive, digunakan sebagai pelumas dan penurun titik lebur salep. Pada proses hidrogenasi menjadi semisolid yang berwarna putih. Keuntungan hidrogenasi adalah salep makin stabil dan tidak tengik serta menambah daya absorbsi air.

Sifat sifat Basis Hidrokarbon :
§  Basis hidrokarbon bersifat kompatibel dengan banyak zat aktif karena inert,
§  Sedikit atau tidak mengandung air,
§  Serta tidak mengabsorbsi air dari lingkungannya.
§  Kandungan airnya yang sangat sedikit dapat mencegah hidrolisis zat aktif seperti beberapa antibiotik
§  Kemampuan menyerap air yang rendah menyebabkan basis ini dapat digunakan pada eksudat (luka terbuka).
§  Meskipun demikian, basis ini tetap meningkatkan hidrasi kulit sehingga meningkatkan absorbsi zat aktif secara perkutan.
Oleh karena itu, basis hidrokarbon merupakan basis dari salep dasar dan jika tidak disebutkan apa-apa maka basis hidrokarbon yang digunakan sebagai salep dasar adalah vaselin putih.
Contoh sediaan salep dengan basis hidrokarbon
Hyoscini Oculentum (Salep mata Hiosina / Skopolamin)
Tiap gram mengandung:
- Hyoscini hydrobromidum                      2,5 mg
- Paraffinum liquidum                            65 mg
- Vaselinum album         ad                     1 g

Kelebihan dan Kekurangan Basis Hidrokarbon :
Keuntungan dasar salep absorpsi ini, walaupun masih mempunyai sifat-sifat lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.
Kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan adanya air. Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit. Hal ini menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
2)      Basis salep serap
Basis salep ini mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air, basis ini juga dapat berupa bahan anhidrat atau basis hidrat yang memiliki kemampuan menyerap kelebihan air.
Membentuk emulsi w/o (water/oil)
Sumber Basis
·         Pada umumnya bahan-bahan tersebut merupakan campuran dari  sterol-sterol binatang atau zat yang bercampur dengan senyawa hidrokarbon dan zat yang memiliki gugus polar seperti sulfat, sulfonat, karboksil, hidroksil atau suatu ikatan ester.
·         Contoh : Lanolin, ester lanolin, campuran steroid dan triterpene alkohol dll.
Tipe basis serap
·         tipe 1 dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak. Contohnya adalah Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat.
·         tipe 2 emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan. Contoh tipe ini adalah Lanolin.
Komponen dalam Basis Salep Absorbsi
-       Anhydrous Lanolin (Wool Fat USP XVI; Adeps Lanae)
-       Lanolin (Hydrous Wool Fat, Adeps lanae cum aqua)
-       Petrolatum Hidrofilik
-       Cold Cream

3)      Basis yang dapat dicuci dengan air
Sifat-sifat basis tipe ini, yaitu:
·         Komposisi : minyak, air ( 45% w/w ), surfaktan minyak dalam air ( HLB >9 )
·         Hidrat
·         Hidrofilik
·         Mudah dicuci dengan air
·         Tidak stabil, khususnya dengan basa, koloid, dan nonionik
·         Campuran obat yang potensial adalah dalam bentuk padat
·         Kegunaan : emollient, zat pembawa untuk obat padat, cair, atau non-hydrolyzable
Basis yang dapat dicuci dengan air yakni basis miyak dalam air (O/W)
ü  Fase minyak (fase internal) terdiri dari petrolatum bersamaan dengan satu atau lebih alkohol BM tinggi, seperti cetyl atau stearyl alcohol.
ü  Asam stearat mungkin termasuk dalam fase minyak jika emulsi tersebut dalam bentuk sabun, contohnya trietanolamin stearat. Pemberian asam stearat dalam jumlah yang berlebihan dalam formulasi akan menghasilkan salep yang mengkilap seperti mutiara.
ü  Petrolatum dalam fase minyak juga dapat mempertahankan kestabilan air dalam keseluruhan formulasi
Fase air (fase eksternal) dari basis tipe ini terdiri dari:
a.    Bahan pengawet : metilparaben, propilparaben, benzil alkohol, dan asam sorbat
b.    Humektan : gliserin, propilen glikol, atau polietilen glikol
c.    Emulsifier (biasanya menjadi bagian yg paling banyak), bisa non-ionik, kationik, anionik, atau amfoter. juga terdiri dari komponen yg larut dalam air, stabilizer, pengontrol pH, atau bahan lain yang berhubungan dgn sistem cair.
-          Emulsi yang terdiri dari emulsifier nonionik biasanya terdispersi ke komponen lipofilik pada fase minyak dan komponen hidrofilik pada fase air.
-          Isi dari emulsifier nonionik dari jumlah total emulsi adalah 10% dari total berat atau volume. Emulsi dengan emulsifier nonionik umumnya memiliki potensi mengiritasi yang rendah, stabil, dan memiliki karakteristik kompatibilitas yang baik.
-          Surfaktan anionik dan kationik dapat menyebabkan kerusakan stratum korneum dan berbanding langsung dengan konsentrasi dan durasi kontak.
-          Surfaktan nonionik memiliki efek yang lebih sedikit terhadap stratum korneum.
-           
4)      Basis Larut air
Sifat basis larut air:
-    Larut dalam air
-    Dapat dicuci
-    Tidak berminyak
-    Bebas lipid
-    Tidak mengiritasi

Komponen utama : polietilen glikol
Terdapat  gugus polar dan ikatan eter yang banyak. Salep yang baik bisa diperoleh dengan menggunakan campuran polietilen glikol BM kecil dan besar.
Contoh Formulasi Salep Larut Air
Kloramfenikol dengan dasar salep polietilen glikol (dasar larut dalam air). Formula salep kloramfenikol dengan dasar polietilen glikol yang dimodifikasi :
·         Kloramfenikol                         2 g
·         Propilen glikol                         50 g
·         Polietilen glikol 6000               49 g
             
                 7.      Formulasi Sediaan Salep
Aturan umum pembuatan salep :
-            Zat yang dapat larut dalam dasar salep dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah.
-            Zat yang tidak cukup larut dalam dasar salep lebih dulu diserbuk dan diayak dengan derajat ayakan no. 100.
-            Zat yang mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung/menyerap air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan bagian dasar salep yang lain.
-            Bila dasar salep dibuat dengan peleburan, campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.
Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok yang kemudian akan menunjukkan susunan yang homogen.
                         i.          Zat yang dapat larut dalam dasar salep.
Camphora, mentholum, phenolum, thymolum, dan guayacolum lebih mudah dihaluskan dengan cara digerus dalam mortar dengan minyak lemak. Bila zat-zat tersebut dicampurkan bersama-sama ke dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dahulu agar meleleh lalu ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.
Contoh resep :
R/
Camphorae                        1
Vaselin flav.                        9
S.ungt.Camphoratum   

                       ii.          Zat yang mudah larut dalam air
Bila masa salep mengandung air dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia maka obatnya dilarutkan dulu dalam air dan dicampur dengan bagian dasar salep yang dapat menyerap air. Setelah seluruh obat dalam air terserap, lalu ditambahkan bagian-bagian lain dari dasar salep, digerus dan diaduk hingga homogen.

                     iii.          Zat yang kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep
Zat-zat ini dihaluskan dulu dengan derajat halus serbuk pengayak no. 100. Setelah itu serbuk dicampur baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu bahan dasar salep. Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan dahulu, setelah itu sisa-sisa bahan-bahan yang lain ditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus dan diaduk hingga homogen. Pembuatan salep dengan asam borat tidak diizinkan dibuat dengan pemanasan.






DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: UGM Press
Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES RI
Ansel, HC., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed 4, UI Press, Jakarta.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Gadjah    Mada University Press, Yogyakarta. 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar