OINTMENT
( SALEP )
1. Definisi
Ointment (Unguentum) adalah sediaan
setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obat
harus larut atau terdispersi homogeny dalam dasar salep yang cocok (Farmakope Indonesia edisi III).
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical pada
kulit atau selaput lender (Farmakope
Indonesia edisi IV).
2. Karakteristik Salep
a) Stabil,
selama masih dipakai dalam masa pengobatan. Maka salep harus bebas dari
inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembaban yang ada dalam kamar.
b) Lunak, yaitu
semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi lunak dan homogen,
sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi, inflamasi dan ekskoriasi.
c) Mudah
dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang palintg mudah dipakai dan
dihilangkan dari kulit.
d) Dasar salep
yang cocok adalah dasar salep yang kompatibel secara fisika dan kimia dengan
obat yang dikandungnya.
e) Terdistribusi
secara merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep padat atau
cair pada pengobatan. (Ilmu Resep
Teori, hal 42)
Suatu dasar salep yang ideal mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Tidak menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
2. Di dalam sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
3. Tidak merangsang kulit.
4. Reaksi netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
5. Stabil dalam penyimpanan.
6. Tercampur baik dengan bahan berkhasiat.
7. Mudah melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
8. Mudah dicuci dengan air.
9. Komponen-komponen dasar salep sesedikit mungkin macamnya.
10. Mudah
diformulasikan/diracik
11.Tidak
menghambat proses penyembuhan luka/penyakit pada kulit tersebut.
12.Di dalam
sediaan secara fisik cukup halus dan kental.
13.Tidak
merangsang kulit.
14. Reaksi
netral, pH mendekati pH kulit yaitu sekitar 6-7.
15.Stabil dalam
penyimpanan.
16. Tercampur
baik dengan bahan berkhasiat.
17.Mudah
melepaskan bahan berkhasiat pada bagian yang diobati.
18. Mudah dicuci
dengan air.
19. Komponen-komponen
dasar salep sesedikit mungkin.
20.Mudah
diformulasikan/diracik.
3. Kelebihan
Salep
-
Sebagai
bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit.
-
Sebagai
bahan pelumas pada kulit.
-
Sebagai
pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan
berair dan rangsang kulit.
-
Sebagai obat
luar
4. Kekurangan
Salep
-
Kekurangan basis hidrokarbon
Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta sulit
tercuci dan
sulit di bersihkan dari permukaan kulit.
-
Kekurangan basis absorpsi :
Kurang tepat bila di pakai sebagai pendukung bahan bahan antibiotik dan
bahan bahan kurang stabil dengan adanya air .
-
Mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air .
5. Cara Absorpsi Salep
Absorpsi Perkutan
Absorpsi Perkutan adalah absorpsi bahan dari
luar kulit ke posisi di bawah kulit tercakup masuk ke dalam aliran darah. Pada
umumnya absorpsi perkutan dari bahan obat ada pada preparat dermatologi seperti
cairan, gel, salep, krim atau pasta tidak hanya bergantung pada sifat kimia dan
fisika dari bahan obat saja, tapi juga pada sifat apabila dimasukkan ke dalam
pembawa farmaseutika dan pada kondisi dari kulit. Apabila kulit utuh, maka cara
utama untuk penetrasi obat umumnya melalui lapisan epidermis, lebih baik
daripada melalui folikel rambut atau kelenjar keringat, karena luas permukaan
yang terakhir ini lebih kecil dibandingkan dengan daerah kulit yang tidak
mengandung elemen anatomi ini.
Absorpsi
perkutan suatu obat pada umumnya disebabkan oleh penetrasi langsung obat melalui
stratum corneum, stratum corneum sebagai jaringan keratin akan berlaku
sebagai membrane buatan yang semi permeable, dan molekul obat mempenetrasi
dengan cara difusi pasif. Jadi, jumlah obat yang pindah menyebrangi lapisan
kulit tergantung pada konsentrasi obat, kelarutannya dalam air dan koefisien
partisi minyak atau airnya. Bahan-bahan yang mempunyai sifat larut dalam
keduanya, minyak dan air, merupakan bahan yang baik untuk difusi melalui
stratum corneum seperti juga melalui epidermis dan lapisan-lapisan kulit.
Walaupun kulit telah dibagi secara histology ke
dalam stratum corneum, epidermis yang hidup dan dermis secara bersama-sama
dapat dianggap sebagai lapisan penghalang. Penetrasi lapisan ini dapat terjadi
dengan cara difusi melalui:
1. Penetrasi transelular (menyebrangi sel)
2. Penetrasi interselular (antar sel)
3. Penetrasi transappendageal (melalui
folikel rambut, keringat, kelenjar lemak dan perlengkapan pilo sebaceous)
Factor yang mempengaruhi absorpsi oleh kulit factor utamanya ialah:
1. Penetrasinya dan cara pemakaiannya
2. Temperature dari kulit
3. Sifat-sifat dari obatnya
4. Pengaruh dari sifat dasar salep
5. Lama pemakaian
6. Kondisi atau keadaan kulit
Dasar-dasar absorpsi perkutan belum sepenuhnya dapat
dipahami. Dari segi factor fisiologi, yang mempengaruhi kecepatan atau besarnya
absorpsi perkutan ialah keadaan kulit, luas daerah pemakaian, dan banyaknya
pemakaian. Pada kulit yang sakit atau lecet, sering terjadi kenaikan kecepatan
dan besarnya absorpsi kecil. Bila sawar kulit rusak pengaruh dasar salep pada
absorpsi kecil. Pada daerah kulit yang tebal seperti telapak kaki dan telapak
tangan penetrasi berjalan lambat dan penetrasi berjalan cepat pada daerah yang
lapisan kreatinnya tipis misalnya pada muka dan pelupuk mata.
6.
Basis Salep
Berdasarkan Farmakope III, dasar salep
dinyatakan sebagai bahan dasar yang biasa menggunakan Vaselin putih. Tergantung dari sifat bahan obat dan tujuan
pemakaian, dapat dipilih salah satu bahan dasar berikut :
-
Dasar salep
senyawa hidrokarbon vaselin putih, vaesilin kuning atau campurannya dengan
malam putih, dengan malam kuning atau dengan senyawa hidrokarbon lain yang
cocok.
-
Dasar salep
serap lemak bulu domba : campuran 3 bagian kolesterol, 3 bagian stearil
alcohol, 8 bagian malam putih dan 8 bagian vaselin putih; campuran 30 bagian
malam kuning dan 70 bagian minyak wijen.
-
Dasar salep
yang dapat dicuci dengan air. Emulsi minyak dalam air.
-
Dasar salep
yang dapat larut dalam air : Polietilenglikola
atau campurannya.
Basis salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam 4 kelompok :
1.
Basis
hidrokarbon,
2.
Basis
absorpsi (basis serap),
3.
Basis yang
dapat dicuci dengan air, dan
Basis salep yang lain seperti basis lemak dan minyak lemak serta basis
silikon. Setiap salep obat menggunakan salah satu basis salep tersebut.
1)
Basis
hidrokarbon
Basis
hidrokarbon bersifat inert, umumnya merupakan senyawa turunan minyak bumi (Petrolatum)
yang memiliki bentuk fisik semisolid dan dapat juga dimodifikasi dengan wax
atau senyawa turunan minyak bumi yang cair (Liquid Petrolatum). Basis
ini digolongkan sebagai basis berminyak bersama dengan basis salep yang terbuat
dari minyak nabati atau hewani. Sifat minyak yang dominan pada basis
hidrokarbon menyebabkan basis ini sulit tercuci oleh air dan tidak terabsorbsi
oleh kulit. Sifat minyak yang hampir anhidrat juga menguntungkan karena
memberikan kestabilan optimum pada beberapa zat aktif seperti antibiotik.
Basis ini juga hanya menyerap atau mengabsorbsi sedikit air dari formulasi
serta menghambat hilangnya kandungan air dari sel-sel kulit dengan membentuk
lapisan film yang waterproff. Basis ini juga mampu meningkatkan hidrasi
pada kulit. Sifat-sifat tersebut sangat menguntungkan karena mampu
mempertahankan kelembaban kulit sehingga basis ini juga memiliki sifat moisturizer
dan emollient. Selain mempertahankan kadar air, basis ini juga mampu
meningkatkan hidrasi pada kulit (horny layer) dan hal ini dapat
meningkatkan absorbsi dari zat aktif secara perkutan. Hal ini terbukti dengan
mengukur peningkatan efek vasokonstriksi pada pemberian steroid secara topikal
dengan basis ini.
Kandungan Basis Hidrokarbon :
a.
Soft
Paraffin
Basis
diperoleh melalui pemurnian hidrokarbon semisolid dari minyak bumi.
Jenis soft
paraffin yaitu :
-
Berwarna
kuning digunakan untuk zat aktif yang berwarna
-
Berwarna
putih (melalui proses pemutihan) digunakan untuk zat aktif yang tidak berwarna,
berwarna putih, atau berwarna pucat.
Proses pemutihan menyebabkan
sebagian pasien sensitif terhadap soft paraffin yang berwarna putih.
b.
Hard
Paraffin
Merupakan
campuran bahan-bahan hidrokar-bon solid yang diperoleh dari minyak bumi.
Sifat fisik :
-
tidak berwarna s/d berwarna putih,
- tidak
berbau,
-
memiliki tekstur berminyak seperti wax, dan
-
memiliki struktur kristalin.
Hard paraffin biasanya
digunakan untuk memadatkan basis salep.
c.
Liquid
Paraffin
Merupakan campuran hidrokarbon
cair dari minyak bumi. Umumnya transparan dan tidak berbau dan mudah mengalami
oksidasi sehingga dalam penyimpanannya ditambahkan antioksidan seperti Butil
hidroksi toluene (BHT).
Digunakan untuk menghaluskan
basis salep dan mengurangi viskositas sediaan krim. Jika dicampur dengan 5% low
density polietilen, lalu dipanaskan dan dilakukan pendinginan secara cepat,
akan menghasilkan massa gel yang mampu mempertahankan konsistensinya dalam rentang
suhu yang cukup luas (-150C hingga 60oC).
Stabil pada perubahan suhu, kompatibel terhadap banyak zat aktif, mudah
digunakan, mudah disebar, melekat pada kulit, tidak terasa berminyak dan mudah
dibersihkan.
d.
Petrolatum atau vaselin
Petrolatum, USP adalah campuran dari hidrokarbon setengah padat diperoleh
dari minyak bumi. Petrolatum suatu massa yang kelihatannya bagus,
bermacam-macam warnanya dari kekuning-kuningan sampai kuning gading yang muda.
Melebur pada temperatur antara 380C dan 600C, dapat digunakan secara tunggal
atau dalam campuran dengan zat lain sebagai dasar salep.
e.
Minyak mineral
Minyak mineral adalah campuaran dari hidrokarbon cair yang dihasilkan dari
minyak bumi. Berguna untuk menggerus bahan yang tidak larut pada preparat salep
dengan dasar berlemak.
f.
Silikon
Termasuk basis berminyak, bila dipegang rasanya seperti minyak, tak campur
dengan air, cairan jernih, tidak berasa dan tidak berbau. Stabil pada oksidasi
dan (tahan aksidasi), dan stabil pada temperatur tinggi.
g.
Minyak tumbuh-tumbuhan
Contohnya Ol. Sesami dan Ol. Olive, digunakan sebagai pelumas dan penurun
titik lebur salep. Pada proses hidrogenasi menjadi semisolid yang berwarna
putih. Keuntungan hidrogenasi adalah salep makin stabil dan tidak tengik serta
menambah daya absorbsi air.
Sifat sifat Basis Hidrokarbon
:
§ Basis hidrokarbon bersifat kompatibel dengan banyak zat aktif karena inert,
§ Sedikit atau tidak mengandung air,
§ Serta tidak mengabsorbsi air dari lingkungannya.
§ Kandungan airnya yang sangat sedikit dapat mencegah hidrolisis zat aktif
seperti beberapa antibiotik
§ Kemampuan menyerap air yang rendah menyebabkan basis ini dapat digunakan
pada eksudat (luka terbuka).
§ Meskipun demikian, basis ini tetap meningkatkan hidrasi kulit sehingga
meningkatkan absorbsi zat aktif secara perkutan.
Oleh karena itu, basis
hidrokarbon merupakan basis dari salep dasar dan jika tidak disebutkan apa-apa
maka basis hidrokarbon yang digunakan sebagai salep dasar adalah vaselin putih.
Contoh sediaan salep dengan basis hidrokarbon
Hyoscini Oculentum (Salep mata Hiosina / Skopolamin)
Tiap gram mengandung:
- Hyoscini hydrobromidum
2,5 mg
- Paraffinum liquidum
65 mg
- Vaselinum album ad
1 g
Kelebihan dan Kekurangan Basis Hidrokarbon :
Keuntungan dasar salep absorpsi ini, walaupun masih mempunyai sifat-sifat
lengket yang kurang menyenangkan, tetapi mempunyai sifat yang lebih mudah
tercuci dengan air dibandingkan dasar salep berminyak.
Kekurangan dasar salep ini ialah kurang tepat bila dipakai sebagai
pendukung bahan-bahan antibiotik dan bahan-bahan lain yang kurang stabil dengan
adanya air. Sifatnya yang berminyak dapat meninggalkan noda pada pakaian serta
sulit tercuci oleh air sehingga sulit dibersihkan dari permukaan kulit. Hal ini
menyebabkan penerimaan pasien yang rendah terhadap basis hidrokarbon jika
dibandingkan dengan basis yang menggunakan emulsi seperti krim dan lotion.
2)
Basis salep
serap
Basis salep ini mempunyai sifat hidrofil atau dapat mengikat air, basis ini
juga dapat berupa bahan anhidrat atau basis hidrat yang memiliki kemampuan menyerap
kelebihan air.
Membentuk emulsi w/o (water/oil)
Sumber Basis
·
Pada umumnya
bahan-bahan tersebut merupakan campuran dari sterol-sterol binatang atau
zat yang bercampur dengan senyawa hidrokarbon dan zat yang memiliki gugus polar
seperti sulfat, sulfonat, karboksil, hidroksil atau suatu ikatan ester.
·
Contoh :
Lanolin, ester lanolin, campuran steroid dan triterpene alkohol dll.
Tipe basis serap
·
tipe 1 dasar
salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak.
Contohnya adalah Parafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat.
·
tipe 2
emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air
tambahan. Contoh tipe ini adalah Lanolin.
Komponen dalam Basis Salep Absorbsi
-
Anhydrous
Lanolin (Wool Fat USP XVI; Adeps Lanae)
-
Lanolin
(Hydrous Wool Fat, Adeps lanae cum aqua)
-
Petrolatum Hidrofilik
-
Cold Cream
3)
Basis yang
dapat dicuci dengan air
Sifat-sifat basis tipe ini,
yaitu:
·
Komposisi : minyak, air ( 45% w/w ), surfaktan minyak dalam air (
HLB >9 )
·
Hidrat
·
Hidrofilik
·
Mudah dicuci dengan air
·
Tidak stabil, khususnya dengan basa, koloid, dan nonionik
·
Campuran obat yang potensial adalah dalam bentuk padat
·
Kegunaan : emollient, zat pembawa untuk obat padat, cair, atau
non-hydrolyzable
Basis yang dapat dicuci dengan
air yakni basis miyak dalam air (O/W)
ü Fase minyak (fase internal)
terdiri dari petrolatum bersamaan dengan satu atau lebih alkohol BM tinggi,
seperti cetyl atau stearyl alcohol.
ü Asam stearat mungkin termasuk
dalam fase minyak jika emulsi tersebut dalam bentuk sabun, contohnya
trietanolamin stearat. Pemberian asam stearat dalam jumlah yang berlebihan
dalam formulasi akan menghasilkan salep yang mengkilap seperti mutiara.
ü Petrolatum dalam fase minyak
juga dapat mempertahankan kestabilan air dalam keseluruhan formulasi
Fase air (fase eksternal) dari basis tipe ini terdiri dari:
a.
Bahan
pengawet : metilparaben, propilparaben, benzil alkohol, dan asam sorbat
b.
Humektan :
gliserin, propilen glikol, atau polietilen glikol
c.
Emulsifier (biasanya menjadi bagian yg paling banyak), bisa non-ionik, kationik,
anionik, atau amfoter. juga terdiri dari komponen yg larut dalam air, stabilizer,
pengontrol pH, atau bahan lain yang berhubungan dgn sistem cair.
-
Emulsi yang
terdiri dari emulsifier nonionik biasanya terdispersi ke komponen
lipofilik pada fase minyak dan komponen hidrofilik pada fase air.
-
Isi dari emulsifier
nonionik dari jumlah total emulsi adalah 10% dari total berat atau volume.
Emulsi dengan emulsifier nonionik umumnya memiliki potensi mengiritasi
yang rendah, stabil, dan memiliki karakteristik kompatibilitas yang baik.
-
Surfaktan
anionik dan kationik dapat menyebabkan kerusakan stratum korneum dan berbanding
langsung dengan konsentrasi dan durasi kontak.
-
Surfaktan
nonionik memiliki efek yang lebih sedikit terhadap stratum korneum.
-
4)
Basis Larut
air
Sifat basis larut air:
- Larut dalam
air
- Dapat dicuci
- Tidak
berminyak
- Bebas lipid
- Tidak
mengiritasi
Komponen utama : polietilen
glikol
Terdapat gugus polar dan ikatan eter yang banyak. Salep yang baik
bisa diperoleh dengan menggunakan campuran polietilen glikol BM kecil dan besar.
Contoh Formulasi Salep Larut Air
Kloramfenikol dengan dasar salep polietilen glikol (dasar larut dalam air).
Formula salep kloramfenikol dengan dasar polietilen glikol yang dimodifikasi :
·
Kloramfenikol
2 g
·
Propilen
glikol
50 g
·
Polietilen
glikol 6000 49 g
7. Formulasi Sediaan Salep
Aturan umum
pembuatan salep :
-
Zat yang
dapat larut dalam dasar salep dilarutkan bila perlu dengan pemanasan rendah.
-
Zat yang
tidak cukup larut dalam dasar salep lebih dulu diserbuk dan diayak dengan
derajat ayakan no. 100.
-
Zat yang
mudah larut dalam air dan stabil, serta dasar salep mampu mendukung/menyerap
air tersebut, dilarutkan dulu dalam air yang tersedia, setelah itu ditambahkan
bagian dasar salep yang lain.
-
Bila dasar
salep dibuat dengan peleburan, campuran tersebut harus diaduk sampai dingin.
Salep harus homogen dan
ditentukan dengan cara salep dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan
lain yang cocok yang kemudian akan menunjukkan susunan yang homogen.
i.
Zat yang
dapat larut dalam dasar salep.
Camphora, mentholum, phenolum,
thymolum, dan guayacolum lebih mudah dihaluskan dengan cara digerus dalam
mortar dengan minyak lemak. Bila zat-zat tersebut dicampurkan bersama-sama ke
dalam salep, lebih mudah dicampur dan digerus dahulu agar meleleh lalu
ditambahkan dasar salep sedikit demi sedikit.
Contoh resep
:
R/
Camphorae
1
Vaselin
flav.
9
S.ungt.Camphoratum
ii.
Zat yang
mudah larut dalam air
Bila masa salep mengandung air
dan obatnya dapat larut dalam air yang tersedia maka obatnya dilarutkan dulu dalam
air dan dicampur dengan bagian dasar salep yang dapat menyerap air. Setelah
seluruh obat dalam air terserap, lalu ditambahkan bagian-bagian lain dari dasar
salep, digerus dan diaduk hingga homogen.
iii.
Zat yang
kurang larut atau tidak larut dalam dasar salep
Zat-zat ini dihaluskan dulu
dengan derajat halus serbuk pengayak no. 100. Setelah itu serbuk dicampur
baik-baik dengan sama berat masa salep, atau dengan salah satu bahan dasar
salep. Bila perlu bahan dasar salep tersebut dilelehkan dahulu, setelah itu
sisa-sisa bahan-bahan yang lain ditambahkan sedikit demi sedikit sambil digerus
dan diaduk hingga homogen. Pembuatan salep dengan asam borat tidak diizinkan
dibuat dengan pemanasan.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 1987. Ilmu Meracik Obat.
Yogyakarta: UGM Press
Anonim.Ilmu Resep dan Teori.DEPKES
RI
Ansel, HC.,
1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Ed 4, UI Press, Jakarta.
Voigt, R., 1995, Buku Pelajaran
Teknologi Farmasi, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.